“Muhasabahku?”
Pagi nan sejuk membawaku dalam bermuhasabah, hal ini selalu aku lakukan karena mampu membawaku dalam bersyukur dan memperbanyak istigfar serta berusaha mengintropeksi diri menjadi lebih baik.
Muhasabah biasanya dilakukan malam hari sebelum beristirahat, tetapi bagiku musahabah dapat dilakukan kapan saja untuk mengoreksi segala sikap, kelemahan, perbuatan, kesalahan, diri di sepanjang hari. Hal ini dimaksudkan agar kesalahan tersebut tidak terulang di kemudian hari dan berubah menjadi pribadi yang lebih baik lagi.
Dalam Islam, muhasabah ini bertujuan untuk memperbaiki hubungan kepada Allah (habluminallah), hubungan kepada sesama manusia (habluminannas), serta hubungan dengan diri sendiri (habluminannafsi).
Pentingnya muhasabah dalam menjalani hidup sehari-hari tertuang dalam al-qur’an dan salah satu riwayat hadits. Rasulullah SAW menyebut orang yang pandai adalah orang-orang yang melakukan muhasabah. Dari Syadad bin Aus RA, Rasulullah bersabda,
"Orang yang pandai adalah yang menghisab (mengevaluasi) dirinya sendiri serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Sedangkan orang yang lemah adalah yang dirinya mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan terhadap Allah SWT," (HR. Imam Turmudzi).
“Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah diperbuatnya untuk hari esok (akhirat); dan bertakwalah kepada Allah, sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.” (QS. Al-Hasyr: 18)
Dengan senantiasa melaksanakan muhasabah, di setiap waktu setiap detik seorang hamba tidak akan menyianyiakan waktu yang telah Allah berikan dalam kehidupannya, di sisa umurnya seoraang hamba akan dengan sebaik-baiknya memanfaatkan waktunya untuk berbuat baik demi meraih keridhaan Allah SWT.