"Doktor Jalur Langit:
Perjalanan Spiritual dan Intelektual"
(PART I)
(PART I)
Part I
Berawal dari sebuah kepercayaan
Syafiah Salsabila, seorang dosen di kampus swasta, hidup dalam keluarga sederhana dengan prinsip kesederhanaan adalah mahkota kehidupan. Dia percaya bahwa setelah usaha dan doa, apapun keadaannya adalah versi terbaik yang Allah berikan. Hasil yang indah adalah hadiah setelah proses yang terbaik, dan mengeluh hanya dapat mematikan semangat. "Lakukan yang terbaik, maka semua hal baik akan ikut," begitu kepercayaan yang dia pegang.
Kring...Kring.... Kring...Kring....
Suatu hari, telepon dari ibunya berdering. Ibu Syafiah menceritakan bahwa pada saat menghadiri sidang promosi doktor salah satu keluarga mereka, seorang wanita yang menjadi role model bagi Syafiah. Ibu Syafiah berkata dengan bangga dan meneteskan air mata, "Nak, semoga kelak Ibu bisa hadir di promosi doktormu, semoga diberi kemudahan untuk mencapai gelar doktor." Syafiah kemudian melangitkan doa untuk mewujudkan harapan ibunya menjadi seorang doktor, karena dia percaya bahwa ridho orang tua dekat dengan ridho Allah SWT.
Kepercayaan atasan juga menjadi titik balik bagi Syafiah. Suatu hari, dia dipanggil oleh atasan dengan perasaan was-was karena panggilan yang tiba-tiba. Ketika tiba di ruang atasan, dia langsung diberi amanah untuk melanjutkan studi lanjut ke S3. Syafiah kaget dan wajahnya memerah tanpa mengatakan apa pun. Atasan bertanya lagi, "Sanggup?" dan "Apa kendalanya sekarang?" Syafiah menjawab, "Insya Allah, kendala saya adalah anak dan biaya." Atasan bertanya lagi, "Ada apa dengan kendala itu?" Syafiah menjelaskan bahwa dia memiliki anak spesial dan tidak memiliki tabungan. Namun, dia belum dapat memberikan jawaban pasti karena perlu berdiskusi dengan suami dan meminta petunjuk kepada Allah SWT.
Syafiah terus berusaha mencari solusi dan berdoa tanpa henti sampai solusi itu hadir. Salah satu solusi yang dia cari adalah beasiswa untuk membiayai terapi anaknya, demi harapan yang telah dia panjatkan dalam doa. Setelah usaha dan doa yang panjang, akhirnya dia lulus dalam Beasiswa Pendidikan Indonesia (BPI), sehingga satu kendala terselesaikan. Tiga hari kemudian, Syafiah menerima informasi dari sekolah anaknya bahwa jadwal pulang sekolah anaknya berubah menjadi pukul 16.00. Dengan demikian, kedua kendala yang dia hadapi telah menemukan solusi. Alhamdulillah, Syafiah merasa bersyukur atas solusi yang telah diberikan.
Lanjut ke Part II...