“Kelahiran anak pertamaku”
Tepat tanggal 8 november aku dan kakak iparku berangkat ke klinik untuk memeriksakan kandunganku. Sesampainya di klinik dan setelah melalui antrian panjang, akhirnya sampai pada giliranku untuk diperiksa, dokterpun memanggilku naik diatas tempat tidur dan memeriksakan kandunganku. Dokter terlihat bingung dan terus memeriksa perutku melalui USG. Kami pun melangsungkan percakapan,
Dokter : sudah selesai bu’, ayo silahkan duduk
Aku : emangnya kenapa dok?
Dokter : bayinya tidak kelihatan bu saat di USG.
Aku : kok bisa dok? (jawabku dengan cemas)
Dokter : Silahkan naik ke tempat tidur untuk diperiksa kembali
Aku : Iya dok
Dokter : masih belum kelihatan, ternyata air ketubannya sudah kurang bu’
Aku : lantas apa solusinya dok?
Dokter : Segera kerumah sakit, apa ibu mau diinduksi atau melalui oprasi cesar?
Aku : keputusan saya berikan kepada kakak iparku dok
Dokter : Bagaimana bu?( menanyakan keputusan kepada kakak iparku)
Kakak : Mana baiknya dok, aku kembalikan kepada dokter dan segera aku tel;efon suaminya dulu (menjawab sembari bingung dengan keadaan)
Dokter : oke segera ke rumah sakit untuk melakukan persiapan.
Akupun bergegas ke rumah sakit. Sesampainya di rumah sakit, aku menyaksikan perjuangan seorang ibu yang berusaha melahirkan anaknya melalui cara induksi, tak lama terdengar tangisan keluarga pasien yang ternyata mendengar dokter mengatakan bahwa bayi ibu tersebut meninggal karena terlalu lama dan ketubannya berkurang. Aku berusaha menenangkan diri dan segera mengambil keputusan agar melahirkan melalui operasi sesar. Pihak rumah sakit langsug menelfon suamiku untuk menanyaka persetujuan operasi dan suamikupun menyetujuinya. Singkat cerita akupun masuk ke ruang operasi dan segera dibius sembari mengingat betapa sakitnya. Biusnyapun sudah bereaksi, namun aku tak tertidur saat dioperasi, aku tidak merasakan sakit melainkan perutku terasa digoyang-goyangkan dan terasa lega ketika sesuatu keluar dari rahimku.
Akupun diberi kabar Bahagia tentang kelahiran anak pertamaku, seorang laki-laki dengan berat 3,9 kg. Sempat kaget karena dokter mengatakan bahwa anakku tidak lengkap, namun tak ingin membuatku cemas, maka dokter langsung mengatakan bahwa maksud tak lengkap karena taidak mempunyai gigi (mungkin aku lebih kaget lagi kalau anakku lahir dan mempunyai gigi). Tak lama suamiku pun sampai di rumah sakit dengan perasaan campur aduk, bahagia dan cemas.
Alhamdulillah rasa syukur yang begitu besar, Allah memberiku anugrah menjadi seorang ibu. Semoga aku mampu mengemban amanah yang diberikan.