"Ketika berjuang menjadi sebuah prioritas"
“Fisik ayam semangat kuda” ungkapan dari orang tuaku yang sering beliau ucapkan kepadaku. Ungkapan itu hadir ketika aku sering mengalami sakit tetapi aku tidak akan tinggal diam untuk berhenti berjuang karena semangatku begitu besar. Berjuang, hal yang tak boleh hilang dan tetap menjadi prioritas dalam hidupku. Berjuang dalam segala hal yang mampu membuahkan bahagia untuk keluargaku.
Banyak hal yang menjadi alasanku untuk terus berjuang, antara lain yaitu untuk menjadi wanita beruntung yang merasakan surga melalui Ridho-Nya, mempertahankan senyum suami yang menjadi sumber semangat dan jalan surgaku, untuk mencetak anak-anakku menjadi soleh-soleha, selain itu untuk memperjuangkan kesembuhan anak spesialku dari autis, serta menjadi alasan orang tuaku untuk selalu bangga padaku.
Ketika orang lain iri dan berusaha menjatuhkan Langkah semangatku, maka kutak boleh lengah karena mereka bukan jaminan untukku dalam melangkah, mereka belum tentu akan menjamin hidupku kelak.
Dalam berjuang, semangat dan optimisku harus selalu berkobar, karena dengan sikap optimis percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja asal ada Allah SWT. Demi mencapai ridho-Nya dalam meraih sukses, maka aku harus selalu mengedepankan akhirat karena ketika kita mengejar pahala demi kebahagiaan di akhirat, maka akan ditambah nikmat dunianya oleh Allah SWT. Sebagaimana firman Allah berikut ini:
“Barang siapa yang menghendaki keuntungan di akhirat akan kami tambah keuntungan itu baginya dan barang siapa yang menghendaki di dunia kami berikan kepadanya sebagian dari keuntungan dunia dan tidak ada baginya suatu bahagia pun di dunia.” (QS. Asy-Syura: 20)
Hidup bahagia di akhirat, sangat ditentukan oleh kualitas hidup kita di dunia. Pilihan antara sukses atau gagal di akhirat, tergantung pada cara kita dalam melangkah di dunia. Ingatlah, Rasulullah saw pernah bersabda, “Barangsiapa yang kehidupan akhirat menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah akan meletakkan rasa cukup di dalam hatinya dan menghimpun semua urusan untuknya serta datanglah dunia kepadanya dengan hina. Tapi barangsiapa yang kehidupan dunia menjadi tujuan utamanya, niscaya Allah meletakkan kefakiran di hadapan kedua matanya dan mencerai-beraikan urusannya dan dunia tidak bakal datang kepadanya, kecuali sekedar yang telah ditetapkan untuknya.” (HR. Tirmidzi)