“ Ketika kita punya keinginan, Berarti kita Mampu”
Berangkat dari kampung halaman menuju kota tempatku menuntut ilmu, menjadi hal yang begitu berat, namun butuh sabar untuk mencapai setiap harapan.
Aku bersekolah pada Madrasah Tsanawiah dan tinggal disebuah kamar kontrakan. Aku berjanji pada orangtuaku untuk tidak mengecewakan, janji untuk memperoleh peringkat-1 dikelas yang harus membawaku tekun dalam belajar, walau kesehatan tak lagi menjadi perhatikan utamaku, disekolah aku dikenal dengan sosok yang rajin dalam bertanya ketika ada hal yang belum dipahami, tugas dan pekerjaan rumahku tidak pernah terlambat untuk disetorkan karena aku mempunyai kelompok belajar yang solid. Selain itu, aku juga berjanji untuk selalu menggunakan hijab ketika keluar maupun di dalam rumah, saat ada tamu, awalnya berat namun itulah usahaku dalam menjaga diri. Aku pun selalu dibully oleh salah satu saudaraku “apakah kamu bisa bertahan! Kan berhijab itu panas!”, aku pun menjawab “ itu sudah usahaku sebagai bentuk jaga diri jauh dari orang tua”. Setiap hari aku tidak pernah lalai dalam menghubungi orang tua untuk menanyakan kabar beliau.
Sampai pada waktu penerimaan raport, sebelum kesekolah aku menyempatkan diri menelfon untuk meminta ridho orang tuaku. Rasa panik dan tegang saat pengumuman hasil raport dan ternyata aku menyandang peringkat-1, wajahku memerah dan kaget karena belum pernah sekalipun merasakan peringkat-1. Tiba saatnya aku menghubungi orangtuaku dan menyapaikan kabar baik itu, Aku berkata “ Alhamdulillah Ibu, saya peringkat-1 “, kata ibuku “ wah selamat nak, tetapi apa benar? tidak nyontek kan?” (kaget karena belum pernah mendengar anaknya peringkat-1).
Setelah beberapa hari aku jatuh sakit dan orangtuaku pun bergegas menemuiku di kos tempat tinggalku, tak lama wali kelasku pun datang menjenguk dan berkata pada orangtuaku “Anak ibu kecapean, kata teman-temannya dia jarang makan, takut tidak bisa peringkat-1 karena janjinya kepada orangtuanya sangatlah penting baginya”, ibuku pun berkata dengan haru “Alhamdulillah anak saya begitu berjuang menepati janjinya, tetapi karena proses itu terlalu berbeda dengan keadaannya ketika SD, yang dikenal dengan anak manja dan belum bisa mengatur pola makan, karena sebelumnya serba disajikan diatas meja, tetapi sekarang dia tinggal sendiri”